Kisah Penyesalan Pria Yang Beristri Empat: "Untuk Istri Pertama" Seharusnya Aku Memperhatikan Kamu Pada Waktu Aku Mampu!


Oleh : N.M.Madrasuta

Adalah seorang saudagar kaya yang mempunyai empat istri. Dia sangat mencintai istrinya yang ke empat dan menghiasinya berbagai pakaian dan perhiasan serta memperlakukan dengan penuh rasa sanyang. Ia sangat memperlihatkan istrinya ini dan melakukan segala hal untuk membahagiakannya.

Saudagar ini juga sangat mencintai istri yang ketiga, saudagar ini sangat bangga akan istrinya ini dan selalu ingin memamerkan pada kawan – kawannya. Namun saudagar ini selalu khawatir kalau-kalau istri yang ketiga ini akan lari dengan orang lain.

Dia juga mencintai istri yang kedua, istri kedua ini orang yang baik budi dan penuh perhatian. Selalu sabar dan sesungguhnya merupakan orang kepercayaan dari saudagar ini. Bila mana saudagar ini menghadapi masalah, ia selalu berpaling pada istri kedua. Istri yang kedua ini selalu membantunya keluar dari masalah dan melewati masa-masa sulit.

Sekarang, istri pertama saudagar ini adalah pasangan yang sangat setia dan telah memberikan sumbangan yang sangat besar untuk memelihara kesehatannya dan usaha saudagar itu serta melaksanakan tugas-tugas rumah tangga. Namun demikian, saudagar itu tidak mencintai istri pertamanya ini dan sesungguhnya hampir tidak memperhatikannya. 

Suatu hari, saudagar itu jatuh sakit dan tak berapa lama ia tahu bahwa ia akan segera mati. Ia berpikir tentang kenikmatan hidup yang ia miliki,  “disini aku mempunyai empat istri yang mencintai aku dan yang aku sayangi, tapi ketika aku meninggal aku akan sendirian. Alangkah sepinya aku!” 

Demikianlah ia menanyai istrinya yang ke empat, “ aku paling mencintai kamu, memberikan kamu pakaian-pakaian yang paling baik dan sangat memperhatikan kamu. Sekarang aku sedang sekarat, maukah kamu ikut aku dan terus menemani aku?”

“Ogah! Jawab istri ke empat dan melankah pergi tanpa mengucapkan apapun. Jawaban ini seperti pisau tajam yang menusuk tepat ke jantung saudagar itu. 

Saudagar yang sedih itu lalu menanyakan istri ketiga, “ aku begitu mencintai kamu sepanjang hidup ku, sekarang aku sedang sekarat, maukah kamu ikut aku dan menemani aku?” TIDAK, jawab istri ketiga. Hidup begitu bagus disini, aku akan kawin lagi begitu kamu mati!. Mendengar ini hati saudagar itu remuk redam dan beku.”

Saudagar itu lalu bertanya pada  istri kedua, “aku selalu berpaling pada mu untuk meminta bantuan dan kamu selalu membantu. Sekarang aku perlu bantuan mu lagi. Bila aku mati, maukah kamu mengikuti aku dan menemani aku?” 

“I’m sorry”, kata istri keduanya, “aku tak bisa membantu mu kali ini!” jawab istri kedua. Paling banter yang dapat aku lakukan adalah mengirim kamu ke krematorium. Jawaban itu seperti lecutan petir dan saudagar itu kaget terdiam.

“aku akan menyertaimu, aku akan mengikuti mu kemanapun kamu pergi.” Saudagar itu mendongak keatas dan di depannya adalah istri pertama. Dia begitu kurus dan kelihatan seolah-olah kurang gizi. Merasa sangat terhibur saudagar itu berkata, “seharusnya aku memperhatikan kamu pada waktu aku mampu!” 

Demikianlah kata sang budha, istri keempat seperti tubuh kita. Tidak perduli berapa banyak waktu dan upaya yang kita pergunakan untuk membuatnya Nampak bagus, ia pasti akan meninggalkan kita ketika kita mati. Istri ketiga seperti harta, kekayaan dan status kita. Ketika kita mati , tidakkah kekayaan itu jatuh ketangan orang lain? Bukankah orang lain akan menggantikan posisi kita?

Istri kedua adalah kawan – kawan dan keluarga kita. Sekalipun mereka selalu menemani kita ketika masih hidup, paling jauh mereka dapat menemani kita sampai ke krematorium. Istri pertama sesungguhnya adalah jiwa kita, yang telah kita lalaikan selama kita hidup dalam upaya kita mengejar materi dan kesenangan indria. Dan jiwa kita adalah satu-satunya yang mengikuti kita kemanapun pergi. 

Oleh karena itu, kita seharusnya mulai memperhatikan dan memelihara sejak sekarang dari pada menunggu sampai ada di ranjang kematian sambil mengeluh “seharusnya aku memperhatikan kamu selama aku mampu” 

Tubuh, harta kekayaan, jabatan, keluarga, kawan-kawan dan masyarakat adalah hal-hal yang paling penting. Badan atau tubuh ini menjadi syarat dan tanda kelahiran kita di dunia ini. Tanpa badan kita tidak aka nada sebagai manusia di dunia ini. Dengan tubuh yang sehat kita dapat melakukan aktivitas fisik secara maksimal, bahkan aktivitas intelektual dan spiritual akan terganggu bila tubuh kita tidak bersih dan tidak sehat.

Harta kekayaan memungkinkan kita hidup sejahtera dan layak, tanpa harta kita tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar daritubuh kita. Harta membuat kita mempunyai tempat berteduh, dimana kita berlindung dari keadaan alam yang tidak kita inginkan. Jabatan disamping sebagai alat aktualitas diri juga memungkinkan kita berbuat baik pada orang banyak. 

Spiritualisme jangan disamakan dengan pergi ke hutan atau gunung-gunung, spiritualisme adalah mempraktekan kehadiran Tuhan ketika kita hidup secara aktif didunia ini dan melaksanakan tugas kewajiban kita. “Jadilah seperti sinar bintang dalam karier mu” kata yogananda paramahamsa.

Hidup harus merupakan perpaduan dari tindakan yang benar dan meditasi yang benar. Tujuannya adalah kesadaran Tuhan.

Manusia adalah mahluk social, keluarga, kawan-kawan, dan masyarakat adalah bagian tak terpisahkan dari hidup kita. Tidak ada manusia yang mampu sepenuhnya hidup sendiri di dunia ini. Kita bergantung banyak hal kepada orang lain. Namun semua itu tidak boleh membuat kita melupan jiwa kita. Lalu bagaimana kita memelihara istri pertama (jiwa) kita? 

Mantra weda, sloka upanisad dan bhagawad gita menunjukan bagaimana kita memelihara jiwa dan itu sekaligus jalan keselamatan yang diberikan masing-masing oleh weda, upanisad dan bagawad gita. Weda melalui yadnya, upanisad melalui jnana, bagawad gita melalui tindakan kerja. 

Yadnya tidak hanya ritual, tetapi pengorbanan dan pelayanan sesama manusia dan pemeliharaan alam, upanisad tidak hanya pengetahuan mengenai brahman dan atman tetapi bisa diperluas pada pengetahuan dan teknologi yang membantu kesejahteraan manusia. Dan prajurit dalam bagawad gita bisa diperluas dengan segala macam kerja yang bekerja bagi kesejahteraan orang banyak. 
Semua tindakan itu akan membawa keselamatan bila dilandasi oleh keinginan yang tulus (cinta kasih). 

Share this article :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Kisah Penyesalan Pria Yang Beristri Empat: "Untuk Istri Pertama" Seharusnya Aku Memperhatikan Kamu Pada Waktu Aku Mampu!"