Agama Jangan Di Manipulasi Demi Materi




Oleh : I Komang Agus Widiantara

Tingkah laku terkadang tidak sejalan dengan norma-norma yang ada, teguran hanya sebatas wacana yang tak pernah di indahkan. Menganggap dirinyalah yang paling benar, pintar dan bisa. Ajaran spiritual (agama) pun hanya di pandang sebelah mata lebih mengagungkan logika dan intelektual sebagai bukti kongkrit atas semua kejadian. Agama yang merupakan nafas hidup semua manusia dan menjiwai pola pikir manusia hanya dipandang ritual khusus yang mengarah pada kekuatan gaib. Seakan semua hal tersebut tabu dan perlu dihindari. Padahal agama adalah tuntunan hidup. Namun, dalam praktiknya ajaran agama sering kali di di manipulasi untuk tujuan tertentu.

Pemaknaan agama secara melenceng bisa menimbulkan disharmoni masyarakat, tantangan umat kedepan mesti dicari solusinya. SDM hindu yang kian meningkat dan telah menguasai teknologi yang modern perlu dimanfaatkan secara maksimal. Kemudian yang menjadi pertanyaan besar di benak kita adalah sejauh mana makna, konsep dan nilai-nilai agama itu sudah di praktekkan oleh umat, seiring meningkatnya SDM umat hindu khususnya?

Kita tidak bisa menampik masyarakat yang melenceng dari ajaran agama. Bahkan ada yang memanipulasi nilai – nilai agama, termasuk agama hindu. Nilai agama mendapat muatan kekerasan demi sebuah kepentingan. Ada beberapa aspek kekerasan yang terjadi diantaranya kekerasan simbolik dan kekerasan budaya. Kekerasan simbolik misalnya kata madaharmasuaka dan disertai madanapunia  yang dalam bahasa agama bermakna luhur dan baik justru di manipulasi.

Kata – kata ini dimanipulasi pemaknaannya menjadi pemaknaan kekerasan, misalnya saja saat berlangsung sebuah hajatan pesta demokrasi. Hal tersebut bisa kita kaji bersama karena institusi keagamaan sudah semakin limah dan merosot. Selain itu terjadi jor – joran dalam upacara agama tidak lepas dari perkembangan agama pasar di dalamnya terjadi beragam kapitalistis  yang real, beragama secara eklusif dan beragama privat. 

Misalnya saja dalam melakukan upacara yadnya baik dirumah maupun di pura secara nyata kita bisa perhatikan dimana umat kita benar – benar lebih mengedepankan status social yang tercermin dari sarana dan prasarana yang bersifat mewah dan serba impor. Padahal makna filosofis beryadnya adalah mempersembahkan secara tulus lascarya tanpa adanya dorongan untuk memperlihatkan khalayak tentang derajat maupun status, karena itu, yang untung dalam konteks ini adalah pasar. Dalam menghadapi agama pasar seperti itu yang perlu diprioritaskan adalah kualitas SDM. 

Jika kita perhatikan segala sector kehidupan sangat carut marut sehingga memberi kontribusi besar terhadap tumbuh kembangnya budaya anarkis di masyarakat. Dalam kondisi yang serba sulit ini tidak sedikit masyarakat yang menjadi frustasi, lagi – lagi materi menjadi persoalan pelik dari kehidupan. Semua berebut kekuasaan hanya untuk materi, manipulasi agama pun semakin berkembang hanya untuk sebuah materi sebagai kelangsungan hidup.  Memang materi merupakan kebutuhan hidup namun apabila tidak sanggup memikul beban maka materi dapat membutakan hati setiap manusia. 

Untuk itu kembali dengan membentengi diri dengan ajaran - ajaran agama tanpa memanipulasi apapun. Penanaman nilai-nilai agama, moral dan budi pekerti. Walaupun nantinya ada berbagai perubahan lingkungan yang mempunyai dampak negative, seperti arus globalisasi, beredarnya beragam produk yang menggiurkan, orientasi materi tetap dilandasi dengan Dharma. Jadi apa yang menjadi tujuan hidup masyarakat hindu khususnya mencari artha berlandaskan dharma, agar dapat tetap dipertahankan.

Penulis Mahasiswa IHDN Denpasar 
Share this article :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Agama Jangan Di Manipulasi Demi Materi"